MODEL PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KEWIRAUSAHAAN YANG
EFEKTIF DAN EFESIEN
(Kompetensi 2 Mata
Kuliah Pendidikan Ekonomi dan
Kewirausahaan, yang diampu oleh Dr. R. Gunawan S., S.Pd., S.E., M.M)
Oleh:
Isbandiyah
NPM. 1123031047
Kelas B Semester 2
Pogram Studi
Magister Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
LAMPUNG
BANDAR
LAMPUNG
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga karya ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya ilmiah
yang berjudul “Model Pelaksanaan
Pembelajaran Kewirausahaan yang Efektif dan Efisien” adalah salah satu tugas pada mata kuliah Pendidikan
Ekonomi dan Kewirausahaan,
dan merupakan mata kuliah yang wajib diambil oleh mahasiswa Magister Pendidikan
IPS FKIP Universitas Lampung. Dengan
terselesainya karya ilmiah ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada Bpk. Dr.
R. Gunawan Sudarmato, S.Pd., S.E., M.M, selaku dosen pengampu Pendidikan
Ekonomi dan Kewirausahaan.
Penulis
menyadari bahwa dalam karya ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
penulis harapkan demi kesempurnaan tugas ini. Akhir kata, penulis sampaikan terima
kasih. Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi segala usaha kita. Amin.
Bandar
Lampung, 17 Mei 2012
Penulis,
Isbandiyah
I. PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pendidikan adalah
sarana yang tepat untuk membentuk karakter peserta didik, saat ini pendidikan
di Indonesia masih menekankan pada pengembangan kognitif, sedangkan
pengembangan afektif, empati, dan rasa belum mendapat perhatian serius.
Pendidikan memegang peranan penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa.
Ini disebabkan pendidikan memiliki pengaruh langsung tehadap perkembangan
manusia. Melalui pendidikan diharapkan akan lahir sumber daya manusia yang
berkualitas dan mampu membangun masyarakat dan negara ke arah yang lebih baik. Untuk itu
pendidikan memberikan latihan-latihan terhadap karakter, kognisi, serta jasmani
manusia.
Pendidikan
yang baik adalah pendidikan yang ditunjang oleh berbagai sarana dan prasaranan
yang baik pula. Salah satunya adalah guru. Guru merupakan faktor yang utama
untuk mencapai suatu pendidikan atau pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
Oleh karena itu, seorang guru harus mampu mengembangkan berbagai model
pembelajaran agar situasi belajar di dalam kelas dapat tercipta dengan efektif
dan efesien. Dalam memilih model pembelajaran, guru harus memperhatikan
keadaan atau kondisi siswa, bahan pelajaran serta sumber-sumber belajar yang
ada agar penggunaan model pembelajaran dapat
diterapkan secara efektif dan menunjang keberhasilan belajar siswa.
Seorang guru
diharapkan memiliki motivasi dan semangat
pembaharuan dalam proses pembelajaran yang dijalaninya. Menurut Sardiman A. M.
(2004: 165), guru yang kompeten adalah guru yang mampu mengelola program
belajar-mengajar. Mengelola di sini memiliki arti yang luas yang menyangkut
bagaimana seorang guru mampu menguasai keterampilan dasar mengajar, seperti
membuka dan menutup pelajaran, menjelaskan, menvariasi media, bertanya, memberi
penguatan, dan sebagainya, juga bagaimana guru menerapkan strategi,
teori belajar dan pembelajaran, dan melaksanakan pembelajaran yang kondusif.
Pendapat serupa
dikemukakan oleh Colin Marsh (1996: 10) yang menyatakan bahwa guru harus
memiliki kompetensi
mengajar, memotivasi peserta didik,
membuat model instruksional, mengelola kelas, berkomunikasi, merencanakan
pembelajaran, dan mengevaluasi.
Semua kompetensi tersebut mendukung keberhasilan guru dalam mengajar.
Tugas utama guru
adalah membelajarkan siswa, yaitu mengkondisikan siswa agar belajar aktif
sehingga potensi dirinya (kognitif, afektif, dan konatif) dapat berkembang
dengan maksimal. Dengan belajar aktif, melalui partisipasi dalam setiap
kegiatan pembelajaran, akan terlatih dan terbentuk kompetensi yaitu kemampuan
siswa untuk melakukan sesuatu yang sifatnya positif yang pada akhirnya akan
membentuk life skill sebagai bekal hidup dan penghidupannya. Agar hal tersebut
di atas dapat terwujud, guru seyogianya mengetahui bagaimana cara siswa belajar
dan menguasai berbagai cara membelajarkan siswa. Model belajar akan membahas bagaimana
cara siswa belajar, sedangkan model pembelajaran akan membahas tentang
bagaimana cara membelajarkan siswa dengan berbagai variasinya sehingga
terhindar dari rasa bosan dan tercipta suasana belajar yang nyaman dan
menyenangkan.
Demikian pula,
pada pihak siswa, karena kebiasaan menjadi penonton dalam kelas, mereka sudah
merasa enjoy dengan kondisi menerima dan tidak biasa memberi. Selain dari
karena kebiasaan yang sudah melekat mendarah daging dan sukar diubah, kondisi
ini kemungkinan disebabkan karena pengetahuan guru yang masih terbatas tentang
bagaimana siswa belajar dan bagaimana cara membelajarkan siswa. Karena
penghargaan terhadap profesi guru sangat minim, boro-boro sempat waktu untuk
membaca buku yang aktual, mereka sangat sibuk untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya, dan memang itu kewajiban utama, apalagi untuk membeli buku
pembelajaran yang inovatif. Mereka bukan tidak mau meningkatkan kualitas
pemebelajaran, tetapi situasi dan kondisi kurang memungkinkan. Permasalahannya
adalah bagaimana mengubah kebiasaan prilaku guru dalam kelas, mengubah
paradigma mengajar menjadi membelajarkan, sehingga tujuan
dapat tercapai. Dengan paradigma yang berubah, maka
dapat merubah kebiasaan murid yang bersifat pasif menjadi lebih aktif.
Sehingga guru diharapkan dapat memilih dan menerapkan model pembelajaran yang
tepat untuk melaksanakan proses pembelajaran secara efektif, efisien dan
menyenangkan.
Berkaitan dengan model pembelajaran yang efektif dan
efesien, di sini penulis akan mencoba membuat suatu karya ilmiah yaitu model
pelaksanaan pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan efesien dengan menggunakan
model pembelajaran Problem-based Learning (PBL).
B.
Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas, permasalahan dalam karya ilmiah ini dapat dirumuskan sebagai berikut.
- Bagaimana model pembelajaran kewirausahaan yang efektif?
- Bagaimana model pembelajaran kewirausahaan yang efisien?
- Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan efisien?
C.
Tujuan Penulisan Karya
Ilmiah
Berdasarkan
permasalahan di atas, tujuan dari karya ilmiah ini adalah sebagai berikut.
- Untuk mengetahui model pembelajaran kewirausahaan yang efektif.
- Untuk mengetahui model pembelajaran kewirausahaan yang efisien.
- Untuk mengetahui pelaksanaan model pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan efisien.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A.
Konsep
Pembelajaran Kewirausahaan
Pembelajaran merupakan suatu proses kombinasi yang
dilakukan oleh guru dan murid yang saling berinteraksi dan didukung dengan
komponen pembelajaran yang lain sebagai pelengkap dalam proses pembelajaran
yang dilakukan. Pada pembelajaran inilah terjadi proses
interaksi antara sumber belajar, guru, murid, dan komponen pembelajaran yang
lain yang mendukung proses pembelajaran tersebut.
Menurut Pupuh Faturrohman (2007: 13) dalam Satmoko (2011), pembelajaran adalah mengandung sejumlah
komponen yang meliputi tujuan, bahan pelajaran, kegiatan pembelajaran, metode,
alat dan sumber serta evaluasi. Dengan demikian pembelajaran tentunya memiliki
tujuan yang ingin dicapai. Hal ini merupakan respon dari bahan, materi
pelajaran yang telah dipelajari dan dikembangkan oleh peserta didik melalui
proses kegiatan pembelajaran antara guru dengan peserta didik dengan berbagai
metode, alat dan sumber belajar yang pada akhirnya terlihat hasilnya melalui
penilaian atau evaluasi.
Menurut Umar Hamalik (2001: 54),
pembelajaran adalah “suatu sistem yang
luas dan mengandung banyak aspek diantaranya; (a) profesi guru, (b) pertumbuhan
siswa sebagai organisme yang sedang berkembang, (c) tujuan pendidikan dan
pengajaran, (d) kurikulum sekolah, (e) perencanaan pengajaran, (f) bimbingan
sekolah, dan (g) hubungan dengan masyarakat dan lembaga-lembaga.”
Menurut Trianto (2009:
17), pembelajaran merupakan aspek kegiatan manusia yang komplek, yaitu usaha
sadar dari seorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi
siswa dengan sumber belajar lainnya) dalam rangka mencapai tujuan yang
diharapkan.
Berdasarkan beberapa pengertian pembelajaran di
atas, dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan
siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada
situasi tertentu. Pembelajaran merupakan suatu
proses kombinasi yang dilakukan oleh guru dan murid yang saling berinteraksi
dan didukung dengan komponen pembelajaran yang lain sebagai pelengkap dalam
proses pembelajaran yang dilakukan.
Kewirausahaan merupakan jiwa dari seseorang yang
diekspresikan melalui sikap dan perilaku yang kreatif dan inovatif untuk
melakukan suatu kegiatan. Dengan demikian, perlu ditegaskan bahwa tujuan
pembelajaran kewirausahaan sebenarnya tidak hanya diarahkan untuk menghasilkan
pebisnis atau business entrepreneur, tetapi mencakup seluruh profesi
yang didasari oleh jiwa wirausaha atau entrepreneur.
Menurut Eman Suherman (2008: 29) dalam Citra (2010),
pembelajaran kewirausahaan diawali dengan persiapan serta pengadaan materi
pembelajaran teori, praktik dan implementasi. Setelah persiapan dan pengadaan
materi pembelajaran selesai, maka dilaksanakan proses pembelajaran
kewirausahaan dengan tujuan utama mengisi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik
peserta didik. Selanjutnya, bersamaan dengan berjalannya proses
pembelajaran disediakan juga wahana konsultasi terutama untuk hal-hal pragmatis
guna melengkapi proses pembelajaran yang diarahkan untuk mengisi ranah kognitif,
afektif dan psikomotorik tadi. Disamping itu wahana konsultasi
diharapkan juga dapat memperkuat “4H” peserta didik. H pertama Head atau
kepala yang diartikan sebagai pemikiran, dan dalam pembelajaran diisi oleh
pengetahuan tentang nilai nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar
peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan. H kedua, Heart atau hati
yang diartikan sebagai perasaan, diisi oleh penanaman empatisme social-ekonomi,
agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan memperoleh
pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu. Selanjutnya H ketiga, Hand
atau tangan yang diartikan sebagai keterampilan yang harus dimiliki oleh
peserta didik untuk berwirausaha. Oleh karena itu dalam konteks ini
pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik dengan teknik produksi agar
mereka kelak dapat berproduksi atau menghasilkan produk baik berupa barang,
jasa maupun ide. Dan H keempat, Health atau kesehatan yang diartikan
sebagai kesehatan fisik, mental dan social. Sehubungan dengan hal ini, peserta
didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap berbagai hal
yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa persoalan, masalah maupun
risiko lainnya sebagi wirausaha. Pembelajaran untuk hal ini dapat diberikan
melalui AMT (Achievement Motivation Training) atau Outbond Training.
Setiap kegiatan sudah pasti ada
tujuan, termasuk kegiatan pembelajaran kewirausahaan. Dalam KBBI (1991: 107), tujuan berarti arah atau
maksud. Maksud diartikan sebagai sesuatu yang dikendaki. Hasil akhir yang ingin
dicapai dari pembelajaran kewirausahaan ialah tertanam atau terbentuknya jiwa
wirausaha pada diri seorang siswa sehingga menjadi wirausaha dengan
kompotensinya.
Menurut Suherman (2008: 22), tujuan utama pembelajaran
kewirausahaan adalah membentuk jiwa wirausaha peserta didik, sehingga yang
bersangkutan menjadi individu yang kreatif, inovatif dan produktif. Pola
pembelajaran kewirausahaan dimulai dari, teori, praktik dan implementasi. Teori diarahkan untuk memperolah
pengetahuan tentang kewirausahaan mengisi aspek kognitif agar siswa
memiliki paradigma wirausaha. Praktik dimaksudkan untuk melakukan kegiatan berdasarkan teori yang telah
dipelajari agar siswa merasakan betul bahwa teori yang dipelajari bisa
dipraktekan dan akan bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Hal ini berkaitan
dengan nilai afektif siswa. Kemudian implementasi berarti pelaksanaan kegiatan
yang sesungguhnya dalam memanfaatkan pengetahuan yang telah diperoleh melalui
pembelajaran teori dan wawasan yang didapat dalam pembelajaran praktik.
Berdasarkan
pengertian di atas, pembelajaran kewirausahaan merupakan upaya untuk
mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan
inovasi yang diwujudkan dalam bentuk sikap.
B.
Konsep
Model Pembelajaran
Model
pembelajaran dapat diartikan sebagai prosedur sistematis dalam
mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga
diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran. Dengan
demikian,sebenarnya model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran. Model
pembelajaran yang
dikemukakan oleh Kardi dan Nur
terdiri dari lima model
pembelajaran yang dapat
digunakan dalam mengelola pembelajaran, yaitu: pembelajaran langsung;
pembelajaran kooperatif; pembelajaran berdasarkan masalah; diskusi; dan
learning strategi.
Model pembelajaran merupakan salah satu
komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif
dan menyenangkan (Setyawan, 2010). Berikut ini adalah pengertian model pembelajaran menurut pendapat para tokoh
pendidikan antara lain:
- Agus Suprijono: model pembelajaran merupakan pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.
- Mills: “Model adalah bentuk representasi akurat sebagai proses actual yang memungkinkan seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan model itu.”
- Richard I Arends: model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap kegiatan di dalam pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. (Setyawan, 2010)
Jadi, model pembelajaran adalah kegiatan yang dipilih oleh
guru dalam proses belajar mengajar, yang dapat memberikan kemudahan kepada
siswa menuju tercapainya tujuan instruksional tertentu. Oleh karena itu, model
pembelajaran merupakan komponen penting dalam perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi pembelajaran.
Berdasarkan
konsep di atas, model pembelajaran yang digunakan dalam karya ini adalah model
pembelajaran berbasis masalah atau yang biasa disebut PBL (Problem Based Learning). Dalam
pengertiannya model pembelajaran PBL adalah model pembelajaran
yang bertujuan melatih dan mengembangkan kemampuan untuk menyelesaikan
masalah yang berorientasi pada masalah otentik dari kehidupan aktual siswa,
untuk merangsang kemamuan berpikir tingkat tinggi.
Belajar Berdasarkan Masalah atau Problem
Based Learning adalah suatu proses pembelajaran yang diawali dari
masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu lingkungan pekerjaan. Problem Based Learning (PBL) adalah
lingkungan belajar yang di dalamnya menggunakan masalah untuk belajar yaitu,
sebelum pelajar mempelajari suatu hal, mereka diharuskan mengidentifikasi suatu
masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus. Masalah diajukan
sedemikian rupa sehingga para pelajar menemukan kebutuhan belajar yang
diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut.
Pembelajaran yang
didasarkan pada masalah (Problem Based
Learning) adalah suatu istilah yang digunakan di dalam pendidikan untuk
bidang pendekatan yang pedagogis yang mendorong para siswa untuk belajar
melalui/sampai explorasi yang tersusun suatu masalah riset. (david.mills@c-sap.bham.ac.uk).
H.S. Barrows
(1982), sebagai pakar PBL menyatakan bahwa definisi PBL adalah sebuah metode
pembelajaran yang didasarkan pada prinsip bahwa masalah (problem) dapat digunakan sebagai titik awal untuk mendapatkan atau
mengintegrasikan ilmu (knowledge)
baru. Dengan demikian, masalah yang ada digunakan sebagai sarana agar anak
didik dapat belajar sesuatu yang dapat menyokong keilmuannya
(Sudjarwo, 2011).
PBL adalah proses
pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan
nyata lalu dari masalah ini mahasiswa/siswa dirangsang untuk mempelajari
masalah berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka punyai
sebelumnya (prior knowledge) sehingga
dari prior knowledge ini akan
terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru. Diskusi dengan menggunakan kelompok
kecil merupakan poin utama dalam penerapan PBL.
PBL adalah metode
belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru (Suradjono, 2004) dalam
Sudjarwo (2011).
Pembelajaran
berbasis masalah (problem based learning)
adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata
sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep
yang essensial dari materi pelajaran (Nurhadi, 2003: 55) dalam
Sudjarwo (2011).
Menurut Duch
(1995) dalam Sudjarwo (2011), PBL adalah metode pendidikan
yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam
kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata. Simulasi
masalah digunakan untuk mengaktifkan keingintahuan siswa sebelum mulai
mempelajari suatu subyek. PBL menyiapkan siswa untuk berpikir secara kritis dan
analitis, serta mampu untuk mendapatkan dan menggunakan secara tepat
sumber-sumber pembelajaran.
Pengajaran
berdasarkan masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses
berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok untuk
mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002: 123) dalam Sudjarwo (2011).
Pembelajaran ini
berfokus pada penyajian suatu masalah (nyata atau simulasi) pada siswa,
kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui serangkaian kegiatan yang
berdasarkan teori, konsep, prinsip dari suatu bidang ilmu (Pannen, 2001: 85) dalam
Sudjarwo (2011).
Menurut Pannen
(2001: 86) dalam Sudjarwo (2011) pembelajaran berbasis
masalah (Problem based learning)
mempunyai 5 asumsi utama yaitu sebagai berikut.
- Permasalahan sebagai pemandu. permasalahan menjadi acuan yang harus menjadi perhatian siswa dan kerangka berpikir bagi siswa dalam mengerjakan tugas.
- Permasalahan sebagai kesatuan dan alat evaluasi. permasalahan disajikan kepada siswa setelah penjelasan diberikan.
- Permasalahan sebagai contoh. permasalahan digunakan untuk menggambarkan teori, konsep, prinsip, dan dibahas dalam diskusi kelompok.
- Permasalahan sebagai sarana untuk memfasilitasi terjadinya proses.
- Permasalahan menjadi alat untuk melatih siswa dalam bernalar dan berfikir kritis.
- Permasalahan sebagai stimulus dalam aktivitas belajar.
C.
Konsep
Pembelajaran yang Efektif dan Efisien
Menurut
kamus besar bahasa Indonesia, Kata efektif berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya); dapat membawa hasil; berhasil guna (tt usaha,
tindakan); mulai berlaku (tt undang-undang, peraturan). Sedangkan definisi dari
kata efektif yaitu suatu pencapaian tujuan secara tepat atau memilih
tujuan-tujuan yang tepat dari serangkaian alternatif atau pilihan cara dan
menentukan pilihan dari beberapa pilihan lainnya. Efektifitas bisa juga
diartikan sebagai pengukuran keberhasilan dalam pencapaian tujuan-tujuan yang
telah ditentukan. Misalnya jika suatu pekerjaan dapat selesai dengan pemilihan
cara-cara yang sudah ditentukan, maka cara tersebut adalah benar atau efektif.
Efektif adalah pencapaian hasil yang sesuai dengan tujuan
seperti yang telah ditetapkan. Pengertian
efektifitas secara umum menunjukan sampai seberapa jauh tercapainya suatu
tujuanyang terlebih dahulu ditentukan. Hal tersebut sesuai dengan pengertian
efektifitas menurut Hidayat (1986) dalam Hardiyani (2012) yang
menjelaskan bahwa:
“Efektifitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh
target (kuantitas, kualitas dan waktu) telah tercapai. Di mana makin besar
presentase target yang dicapai, makin tinggi efektifitasnya.” Menurut
Prasetyo Budi Saksono (1984) dalam Hardiyani
(2012) “Efektifitas adalah seberapa besar
tingkat kelekatan output yang dicapai dengan output yangdiharapkan dari
sejumlah input.”
Sedangkan arti kata efisien menurut kamus besar bahasa Indonesia
yaitu tepat atau sesuai untuk mengerjakan (menghasilkan) sesuatu (dengan tidak
membuang-buang waktu, tenaga, biaya), mampu menjalankan tugas dengan tepat dan
cermat, berdaya guna, bertepat guna. Sedangkan definisi dari efisiensi adalah penggunaan
sumber daya secara minimum guna pencapaian hasil yang optimum. Efisiensi
menganggap bahwa tujuan-tujuan yang benar telah ditentukan dan berusaha untuk
mencari cara-cara yang paling baik untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut.
Efisiensi hanya dapat dievaluasi dengan penilaian-penilaian relatif,
membandingkan antara masukan dan keluaran yang diterima.
Efisiensi
merupakan suatu ukuran keberhasilan yang dinilai dari segi besarnya
sumber/biaya untuk mencapai hasil dari kegiatan yang dijalankan. Menurut
Mulyamah (1987: 3) dalam
Danfar (2009) efisiensi merupakan suatu ukuran dalam membandingkan rencana penggunaan
masukan dengan penggunaan yang direalisasikan atau perkataam lain penggunaan
yang sebenarnya.
Sedangkan menurut Hasibuan (1984: 3-4) dalam Danfar (2009)
yang mengutip pernyataan H. Emerson efisiensi
adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan) dan output (hasil
antara keuntungan dengan sumber-sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga
hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan sumber yang terbatas. Dengan kata
lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan.
Berdasarkan
uraian di atas, pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah ditetapkan dan tepat atau mampu menyelesaikan proses pembelajaran dengan tepat dan cermat, berdaya guna, serta bertepat guna.
III. PEMBAHASAN
A. Model Pembelajaran
Kewirausahaan yang Efektif
Hakikat
pembelajaran yang efektif adalah proses belajar mengajar yang bukan saja
terfokus kepada hasil yang dicapai peserta didik, namun bagaimana proses
pembelajaran yang efektif mampu memberikan pemahaman yang baik, kecerdasan,
ketekunan, kesempatan dan mutu serta dapat memberikan perubahan prilaku dan
mengaplikasikannya dalam kehidupan mereka.
Pembelajaran yang efektif akan terjadi
ketika pebelajar (siswa) terlibat dalam tugas-tugas autentik yang berhubungan
dengan konteks-konteks yang bermakna. Kemudian ukuran terakhir dari
pembelajaran berbasis masalah adalah pebelajar (siswa) mampu menggunakan pengetahuan untuk memfasilitasi cara berpikir akan
kehidupan sesungguhnya.
Pembelajaran
yang efektif memiliki prinsip khusus dalam pengelolaannya, prinsip tersebut
meliputi: pertama, prinsip interaktif
mengandung makna bahwa mengajar bukan hanya sekadar menyampaikan pengetahuan
dari guru ke peserta didik; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses
mengatur lingkungan yang dapat merangsang peserta didiik untuk belajar. Dengan
demikian, proses pembelajaran adalah proses interaksi baik antara guru dan
peserta didik, antara peserta didik dan peserta didik, maupun antara peserta
didik dengan lingkungannya. Melalui proses interaksi, memungkinkan kemampuan
peserta didik akan berkembang, baik mental maupun intelektualnya. Kedua, prinsip inspiratif, yaitu
memungkinkan peserta didik untuk mencoba dan melakukan sesuatu. Berbagai
informasi dan proses pemecahan masalah dalam pembelajaran bukan harga mati,
yang bersifat mutlak, akan tetapi merupakan hipotesis yang merangsang peserta
didik untuk mau mencoba dan mengujinya. Oleh karena itu, guru mesti membuka
berbagai kemungkinan yang dapat dikerjakan peserta didik. Biarkan peserta didik
berbuat dan berpikir sesuai dengan inspirasinya sendiri, sebab pengetahuan pada
dasarnya bersifat subjektif yang bisa dimaknai oleh setiap peserta didik.
Ketiga,
prinsip pembelajaran yang menyenangkan yang dapat mengembangkan
seluruh potensi peserta didik. Seluruh potensi itu hanya mungkin dapat
berkembang manakala mereka terbebas dari rasa takut dan menegangkan. Oleh
karena itu, perlu diupayakan agar proses pembelajaran merupakan proses yang
menyenangkan (joyfull learning). Proses pembelajaran yang menyenangkan
bisa dilakukan, pertama, dengan menata ruangan yang apik dan menarik. Kedua,
melalui pengelolaan pembelajaran yang hidup dan bervariasi, yakni dengan
menggunakan pola dan model pembelajaran, media, dan sumber belajar yang relevan
serta gerakan-gerakan guru yang mampu membangkitkan motivasi belajar peserta
didik.
Keempat, prinsip
menantang; proses pembelajaran yang menantang peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan berpikir, yakni merangsang kerja otak secara maksimal.
Kemampuan tersebut dapat ditumbuhkan dengan cara mengembangkan rasa ingin tahu
peserta didik melalui kegiatan mencoba-coba, berpikir secara intuitif atau
bereksplorasi. Apa pun yang diberikan dan dilakukan guru harus dapat merangsang
peserta didik untuk berpikir (learning how to learn) dan melakukan (learning
how to do).
Kelima, motivasi
adalah aspek yang sangat penting untuk membelajarkan peserta didik. Tanpa
adanya motivasi, tidak mungkin mereka memiliki kemauan untuk belajar. Oleh
karena itu, membangkitkan motivasi merupakan salah satu peran dan tugas guru
dalam setiap proses pembelajaran. Motivasi dapat diartikan sebagai dorongan
yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu.
Berdasarkan
uraian di atas, model pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam proses
pembelajaran kewirausahaan adalah model pembelajaran yang berdasarkan pada
masalah atau model pembelajaran problem-based learning. Model tersebut menggunakan masalah dunia
nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir
kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan
dan konsep yang essensial dari materi pelajaran.
B. Model Pembelajaran
Kewirausahaan yang Efesien
Efisien adalah
bagaimana menghasilkan sesuatu dengan proses yang lebih mudah, tepat
dan cermat. Proses pembelajaran akan jauh lebih baik jika memperhitungkan
untuk memperoleh hasil yang baik tanpa melupakan proses yang baik pula. Pembelajaran
yang efisien
cenderung ditandai dengan pola penyebaran dan pendayagunaan sumber-sumber
pendidikan yang sudah ditata secara efisien. Program pendidikan yang efisien
adalah program yang mampu menciptakan keseimbangan antara penyediaan dan
kebutuhan akan sumber-sumber pendidikan sehingga upaya pencapaian tujuan tidak
mengalami hambatan.
Proses
pembelajaran kewirausahaan dapat lebih efisien saat dilaksanakan dengan
menggunakan model pembelajaran yang berdasarkan pada masalah atau model pembelajaran problem-based learning. Karena suatu proses pembelajaran yang diawali dari masalah-masalah
yang ditemukan dalam suatu lingkungan, kemudian mengidentifikasi
suatu masalah, baik yang dihadapi secara nyata maupun telaah kasus, sehingga peserta didik menemukan
kebutuhan belajar yang diperlukan agar mereka dapat memecahkan masalah tersebut dan siswa dapat berpikir kritis dan terampil
memecahkan masalah yang
dihadapi.
C.
Model Pelaksanaan
Pembelajaran Kewirausahaan yang Efektif dan Efesien
Pelajaran Kewirausahaan
merupakan pelajaran vokasional, yaitu pelajaran untuk memberikan pengetahuan,
sikap dan keterampilan kerja bagi siswanya. Oleh karena itu, pendidikan kewirausahaan
harus dirancang sedemikian rupa agar dapat memberikan dampak dalam mendorong
siswa untuk berjiwa wirausaha. Pola pembelajaran kewirausahaan minimal
mengandung empat unsur (Eman Suherman, 2008: 29) dalam Citra (2010) ditambah
satu unsur (Farzier and Niehm, 2008) dalam Citra (2010), sebagai berikut.
- Pemikiran yang diisi oleh pengetahuan tentang nilai-nilai, semangat, jiwa, sikap dan perilaku, agar peserta didik memiliki pemikiran kewirausahaan.
- Perasaan, yang diisi oleh penanaman empatisme sosial-ekonomi, agar peserta didik dapat merasakan suka-duka berwirausaha dan memperoleh pengalaman empiris dari para wirausaha terdahulu.
- Keterampilan yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk berwirausaha. Oleh karena itu, dalam konteks ini pembelajaran kewirausahaan membekali peserta didik dengan teknik produksi dan manajemen.
- Kesehatan fisik, mental dan sosial. Sehubungan dengan hal ini, peserta didik hendaknya dibekali oleh teknik-teknik antisipasi terhadap berbagai hal yang mungkin timbul dalam berwirausaha baik berupa persoalan, masalah maupun risiko lainnya sebagi wirausaha.
- Pengalaman langsung berupa pemagangan atau melakukan aktivitas didampingi mentor yang kemudian akan dijadikan role model bagi peserta didik.
Pembelajaran kewirausahaan
perlu memperhatikan karakteristik atau ciri-ciri seperti berikut.
- Learning by doing artinya bahwa prinsip pembelajaran kewirausahaan adalah belajar sambil bekerja, sehingga siswa memiliki pengalaman belajar praktik.
- Sejauh mungkin apa yang dipelajari di sekolah sama dengan yang akan dilakukan di dunia kerja, sehingga pengetahuan, sikap dan keterampilan praktik yang dipelajari tidak berbeda dengan yang akan dilakukan secara riil di masyarakat.
- Pengalaman praktik operasional yang dipelajari porsinya lebih besar dari pada pengetahuan kognitif yang bersifat konseptual.
Model pembelajaran kewirausahaan haruslah mampu
mentransfer bukan hanya pengetahuan dan keterampilan melainkan juga kemampuan
untuk mewujudkan usaha yang nyata, dan memperoleh jiwa dari kewirausahaan itu
sendiri. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa pembelajaran di dalam kelas saja
tidak cukup untuk dapat menghasilkan seseorang yang berjiwa wirausaha. Problem-based Learning dipercaya sebagai
metode yang efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran kewirausahaan, terutama
dalam mengembangkan kemampuan dalam mewujudkan rencana atau usaha yang mereka
buat (Bell, 2008) dalam Citra (2010), bukan sekedar membuat rencana yang hanya
untuk memperoleh nilai/kelulusan semata. Pendidikan kewirausahaan juga harus
memuat keharusan bagi siswa untuk menjalankan usaha nyata mereka sendiri, bukan
sekedar simulasi dalam pembelajaran. Siswa harus diberikan kesempatan untuk
terlibat dan berkomitmen dalam mengembangkan usaha mereka, sehingga mereka
dapat menghayati karakteristik berwirausaha dalam menghadapi risiko,
berinovasi, menghadapi kegagalan, dan lain sebagainya (Pittaway & Cope,
2007) dalam Citra (2010).
Model pembelajaran Problem-based Learning membantu siswa untuk
memproses informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan
mereka sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya. Pembelajaran ini cocok
untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks dalam
diri peserta didik. Pembelajaran ini berfokus pada penyajian suatu masalah (nyata
atau simulasi) pada siswa, kemudian siswa diminta mencari pemecahan melalui
serangkaian kegiatan yang berdasarkan teori, konsep, prinsip dari suatu bidang
ilmu. Pengajaran berdasarkan masalah merupakan yang efektif untuk
pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Sehingga
proses pembelajaran kewirausahaan dengan menggunakan model pembelajaran Problem-based Learning akan lebih efektif dan efisien.
Langkah-langkah pemecahan
masalah dalam pembelajaran PBL paling sedikit ada delapan tahapan (Pannen,
2001) dalam
Sudjarwo (2011), yaitu:
- mengidentifikasi masalah;
- mengumpulkan data;
- menganalisis data;
- memecahkan masalah berdasarkan pada data yang ada dan analisisnya;
- memilih cara untuk memecahkan masalah;
- merencanakan penerapan pemecahan masalah;
- melakukan uji coba terhadap rencana yang ditetapkan; dan
- melakukan tindakan (action) untuk memecahkan masalah. Empat tahap yang pertama mutlak diperlukan untuk berbagai kategori tingkat berpikir, sedangkan empat tahap berikutnya harus dicapai bila pembelajaran dimaksudkan untuk mencapai keterampilan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking skills).
Langkah mengidentifikasi
masalah merupakan tahapan yang sangat penting dalam PBL. Pemilihan masalah yang
tepat agar dapat memberikan pengalaman belajar yang mencirikan kerja ilmiah
seringkali menjadi masalah bagi guru dan siswa. Artinya, pemilihan masalah yang
kurang luas, kurang relevan dengan konteks materi pembelajaran, atau suatu
masalah yang sangat menyimpang dengan tingkat berpikir siswa dapat menyebabkan
tidak tercapainya tujuan pembelajaran. Oleh sebab itu, sangat penting adanya
pendampingan oleh guru pada tahap ini. Walaupun guru tidak melakukan intervensi
terhadap masalah tetapi dapat memfokuskan masalah melalui pertanyaan-pertanyaan
agar siswa melakukan refleksi lebih dalam terhadap masalah yang dipilih. Dalam
hal ini guru harus berperan sebagai fasilitator agar pembelajaran tetap pada
bingkai yang direncanakan. Suatu hal yang sangat penting untuk diperhatikan
dalam PBL adalah pertanyaan berbasis why
bukan sekedar how.
Setiap
tahap dalam pemecahan masalah, keterampilan mahasiswa/siswa dalam tahap
tersebut hendaknya tidak semata-mata keterampilan how, tetapi kemampuan menjelaskan permasalahan dan bagaimana
permasalahan dapat terjadi. Namun, yang harus dicapai pada akhir pembelajaran
adalah kemampuannya untuk memahami permasalahan dan alasan timbulnya
permasalahan tersebut serta kedudukan permasalahan tersebut dalam tatanan
sistem yang sangat luas.
Sedangkan menurut Akhmad Sudrajat
(2011) pengelolaan pembelajaran
berdasarkan masalah terdapat 5 langkah utama. yaitu: (1)
mengorientasikan siswa pada masalah; (2) mengorganisasikan siswa untuk
belajar; (3) memandu menyelidiki secara mandiri atau kelompok; (4)
mengembangkan dan menyajikan hasil kerja; dan (5) menganalisis dan
mengevaluasi hasil pemecahan masalah. Gambaran rinci kelima langkah tersebut dapat
dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 1. Prosedur Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
No.
|
Langkah
|
Kegiatan Guru
|
1.
|
Orientasi
masalah
|
·
Menginformasikan tujuan pembelajaran
·
Menciptakan lingkungan kelas yang memungkinkan terjadi pertukaran ide
yang terbuka
·
Mengarahkan pada pertanyaan atau masalah
·
Mendorong siswa mengekspresikan ide-ide secara terbuka
|
2.
|
Mengorganisasikan
siswa untuk belajar
|
·
Membantu siswa menemukan konsep berdasar masalah
·
Mendorong keterbukaan, proses-proses demokrasi dan cara belajar siswa
aktif
·
Menguji pemahaman siswa atas konsep yang ditemukan
|
3.
|
Membantu
menyelidiki secara mandiri atau kelompok
|
·
Memberi kemudahan pengerjaan siswa dalam mengerjakan/menyelesaikan
masalah
·
Mendorong kerjasama dan penyelesaian tugas-tugas
·
Mendorong dialog, diskusi dengan teman
·
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas belajar
yang berkaitan dengan masalah
·
Membantu siswa merumuskan hipotesis
·
Membantu siswa dalam memberikan solusi
|
4.
|
Mengembangkan
dan menyajikan hasil kerja
|
·
Membimbing siswa mengerjakan lembar kegiatan siswa (LKP)
·
Membimbing siswa menyajikan hasil kerja
|
5.
|
Menganalisa
dan mengevaluasi hasil pemecahan
|
·
Membantu siswa mengkaji ulang hasil pemecahan masalah
·
Memotivasi siswa untuk terlibat dalam pemcahan masalah
·
Mengevaluasi materi
|
IV. KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pembahasan mengenai model pembelajaran kewirausahaan yang efektif dan
efisien, dapat disimpulkan sebagai berikut.
- Pembelajaran kewirausahaan merupakan upaya untuk mempelajari tentang nilai, kemampuan dan perilaku seseorang dalam berkreasi dan inovasi yang diwujudkan dalam bentuk sikap.
- Model pembelajaran merupakan salah satu komponen utama dalam menciptakan suasana belajar yang aktif, inovatif, kreatif dan menyenangkan.
- Model pembelajaran problem-based learning adalah model pendidikan yang mendorong siswa untuk mengenal cara belajar dan bekerja sama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah-masalah di dunia nyata.
- Pembelajaran yang efektif dan efisien adalah pembelajaran yang sesuai dengan tujuan seperti yang telah ditetapkan dan tepat atau mampu menyelesaikan proses pembelajaran dengan tepat dan cermat, berdaya guna, serta bertepat guna.
- Pengajaran berdasarkan masalah merupakan yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi. Sehingga proses pembelajaran kewirausahaan dengan menggunakan model pembelajaran problem-based learning akan lebih efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Citra. S., Mery.
2010. Mendorong Piihan Karir Berwirausaha.
(Online), (http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2010/06/mendorong_
pilihan_karir_berwirausaha.pdf, diakses tanggal 16 Mei 2012).
Colin Marsh. 1996. Handbook for beginning
teachers. Sydney: Addison Wesley Longman Australia Pry Limited.
Danfar. 2009. Pengertian
Efisiensi. (Online) (http://dansite.wordpress.com/2009/ 03/28/pengertian-efisiensi/, diakses tanggal 16 Mei
2012)
Hamalik, Oemar, 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara, Jakarta.
Hardiyani, Dwi. 2012. Beberapa Pengertian Efektif. (Online) (http://www.scribd. com/doc/88356153/Beberapa-Pengertian-Efektif, diakses tanggal 16 Mei
2012)
Hariyanto, Arief. 2012. Definisi dan Model Pembelajaran. (Online), (http://smkn20.ucoz.com/news/definisi_dan_model_pembelajaran/2012-02-15-14, diakses tanggal 14 Mei 2012).
KBBI. 1996. Edisi Kedua. Jakarta: Balai Pustaka.
Satmoko, Heru. 2011.
Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Sejarah dengan Mengunakan Metode
Inkuiri pada Siswa Kelas XI IPS 1 SMAN 01 Seputih Banyak Semester Genap Tahun
2010/2011. Tesis Universitas Lampung. Tidak diterbitkan.
Setyawan, Heru.
2010. Pengertian Model Pembelajaran.
(Online) (http://zonainfosemua.blogspot.com/2010/11/pengertian-model-pembelajaran-dari.html, diakses tanggal 16 Mei
2012)
Sudjarwo dan Basrowi.
2011. Mengenal Model Pembelajaran.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Sudrajat, Akhmad. 2011. Pembelajaran Berdasarkan Masalah.
(Online), (http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2011/09/28/pembelajaran-berdasarkan-masalah/, diakses tanggal 17 Mei 2012).
Suherman, Erman. 2008. Model
Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa. Bandung: FPMIPA Universitas Pendidikan
Indonesia.
Trianto, 2009. Mendesain Model Pembelajaran
Inovatif-Progresif. Konsep: Landasan,
dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kencana, Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar